Hard Selling dan Soft Selling: Pengertian, Perbedaan & Contohnya

Bagikan artikel ini

Daftar isi

hard selling dan soft selling

Daftar isi

Hard selling dan soft selling sering banget kita temui di kehidupan sehari-hari, apalagi di dunia pemasaran digital yang makin ramai.

Tapi kamu udah tahu belum apa itu hard selling dan soft selling? Kapan sebaiknya dipakai? Dan mana yang paling cocok buat strategi jualanmu?

Yuk, kita kupas tuntas pengertian, perbedaan, kelebihan, dan tentu saja beserta dengan contohnya, biar kamu gak salah langkah saat promosiin produk atau jasa!

Apa Itu Hard Selling dan Soft Selling?

1. Hard Selling

Hard selling adalah teknik penjualan yang bersifat langsung, to the point, dan cenderung mendesak. Tujuannya jelas: closing secepat mungkin.

Biasanya digunakan saat:

  • Ada promo terbatas
  • Target penjualan harus cepat tercapai
  • Produk mudah dipahami & gak butuh banyak edukasi

Contoh:

“Buruan beli sekarang! Diskon 50% hanya hari ini!”
“Stock tinggal 3, siapa cepat dia dapat!”

Baca Juga: Business Inquiry: Langkah Awal Komunikasi Bisnis yang Sukses

2. Soft Selling

Soft selling adalah pendekatan penjualan yang lebih halus, persuasif, dan fokus pada membangun hubungan.

Nggak terlalu mendesak, tapi tetap mengarahkan audiens ke tujuan pembelian.

Cocok untuk:

  • Produk yang butuh edukasi
  • Strategi jangka panjang
  • Bangun brand awareness

Contoh:

Perbedaan Hard Selling dan Soft Selling

AspekHard SellingSoft Selling
Gaya komunikasiLangsung, agresifHalus, persuasif
Tujuan utamaCepat closingBangun hubungan
Cocok untukPromo kilat, e-commerceProduk edukatif, branding
Respon audiensCepat, bisa negatifLama, tapi lebih positif
Contoh mediaIklan TV, email blastStorytelling di sosial media, blog

Kelebihan & Kekurangan

1. Hard Selling

Kelebihan:

  • Cepat hasilnya
  • Cocok untuk flash sale
  • Efisien untuk audiens siap beli

Kekurangan:

  • Bisa dianggap memaksa
  • Tidak cocok untuk semua produk
  • Kurang membangun loyalitas

2. Soft Selling

Kelebihan:

  • Bangun trust jangka panjang
  • Lebih humanis dan relatable
  • Cocok untuk media sosial & content marketing

Kekurangan:

  • Butuh waktu
  • Hasilnya gak langsung kelihatan
  • Perlu strategi konten yang konsisten

Contohnya di Dunia Nyata

SituasiHard SellingSoft Selling
Online Shop“GRATIS ONGKIR hari ini aja!”“Aku suka banget bahan bajunya adem, enak dipakai seharian~”
Property“Harga tanah naik, beli sekarang sebelum mahal!”“Bayangkan tinggal di kawasan asri dekat kota…”
Skincare“BELI 1 GRATIS 1 sekarang juga!”“Pakai ini tiap malam bikin kulit aku glowing tanpa ribet”
Jasa Kursus“Pendaftaran ditutup malam ini!”“Yuk upgrade skill kamu, belajar bareng mentor terbaik~”

Kapan Harus Pakai Hard Selling vs Soft Selling?

  • Gunakan hard selling jika:
    • Kamu promosi produk dengan urgency tinggi (diskon terbatas, stok habis)
    • Audiens kamu udah ngerti produk dan siap beli
    • Butuh hasil cepat
  • Gunakan soft selling jika:
    • Produk butuh edukasi (misal: kursus, skincare, software)
    • Tujuan kamu adalah bangun brand image dan trust
    • Ingin konten terasa natural dan gak hard-sell

Pro tip: Gabungkan keduanya! Mulai dari soft selling buat tarik perhatian, lalu tutup dengan hard selling biar audiens segera bertindak.

Strategi Konten Gabungan: Soft Dulu, Hard Belakangan

Misalnya di Instagram:

  • Caption awal: “Banyak yang tanya kenapa aku suka banget pakai produk ini…”
  • Caption akhir: “Oh iya, kebetulan hari ini diskon 20% loh! Link ada di bio ya!”

Atau di email:

  • Ceritakan cerita pengguna yang puas (soft)
  • Akhiri dengan CTA dan promo terbatas (hard)

FAQ: Contoh Hard Selling dan Soft Selling

1. Apa itu contoh hard selling dan soft selling yang bagus di media sosial?

Hard: “Diskon besar hanya sampai malam ini!”
Soft: “Sejak pakai produk ini, aku jadi lebih percaya diri 😊”

2. Apakah hard selling cocok untuk semua audiens?

Tidak. Audiens yang tidak siap beli bisa merasa terganggu dengan pendekatan terlalu agresif.

3. Mana yang lebih efektif: hard selling atau soft selling?

Tergantung tujuan. Hard selling cepat, tapi soft selling bangun loyalitas. Kombinasinya bisa lebih efektif.

4. Apakah soft selling bisa dipakai untuk produk mahal?

Sangat cocok. Soft selling bisa bantu edukasi dan bangun kepercayaan sebelum audiens siap beli.

5. Apa platform terbaik untuk soft selling?

Instagram, TikTok, YouTube, dan blog—platform yang mendukung storytelling.

6. Apa tips bikin hard selling yang gak bikin orang ilfeel?

Pastikan CTA kamu jelas, tapi jangan terlalu maksa. Tambahkan manfaat yang benar-benar dibutuhkan audiens.

Kesimpulan:

Jadi, sekarang kamu tahu perbedaan dan contoh hard selling dan soft selling yang bisa langsung kamu terapkan.

Dua-duanya punya kekuatan masing-masing dan bisa disesuaikan dengan tujuan bisnis serta karakter audiens kamu.

Coba kombinasikan keduanya secara cerdas.

Bikin konten yang menarik, ajak ngobrol dulu, kasih solusi… lalu tawarkan produkmu dengan ajakan yang bikin mereka ingin beli tanpa merasa “dipaksa”.

Kategori:

Ahmad Aldy Penulis

Tech enthusiast dan penulis konten yang antusias mengikuti tren teknologi terbaru.

Artikel terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jadi yang pertama dapat info promo dan update

Bagikan artikel ini